Tuesday, 11 March 2014

Penyumbang Emas di Menara Monas

Ternyata 38 kg emas yang dipajang di puncak tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta, 28 kg di antaranya adalah sumbangan dari salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya Indonesia, Teuku Markam. 


Orang-orang hanya tahu bahwa emas tersebut memang benar sumbangan saudagar Aceh. Namun tak banyak yang tahu, bahwa Teuku Markam-lah saudagar yang dimaksud itu.

Itu baru segelintir sumbangan Teuku Markam untuk kepentingan negeri ini. Sumbangsih lainnya, ia pun ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. 

Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda.

Ramalan Negeri Aceh Dulu dan Sekarang


    Wasiat Endatu Wangsa Acheh, Nabi Khiddir As, Pada Syèch Abdul Rauf Syiah Kuala Dan Sulthan Iskandar Muda di Istana Kutaraja, Tersurat dalam Naqal Syèc 

    1. Bahwa lebih kurang dalam tahun 1260 H. Negeri Acheh akan ditimpa bala bencana
    2. Bahwa dalam tahun 1320 H. Negeri Acheh dikalahkan oleh Kerajaan "Ba" (Belanda), yang datang dari pihak barat.
    3. Bahwa beberapa lama kemudian lebih kurang 40 musem. Kerajaan "Ba" (Belanda), dikalahkan oleh Kerajaan "Jim" (Jepang), yang datang dari pihak matahari terbit.
    4. Bahwa lebih kurang empat musem Kerajaan "Jim" (Jepang), menguasai Negeri Acheh, tiba-tiba ia keluar dalam sekejab mata, karena dikalahkan oleh praja (syimbol) Ajam, praja gajah, praja beruang, praja singa ( Sekutu ) dan barang sebagainya .
    5. Setelah Kerajaan "Jim"( Jepang) keluar, maka negeri Acheh dan negeri dibawah angin lainnya, atas usaha isi negeri itu, akan berdiri satu Kerajaan yang menaklukkan negeri Acheh dan negeri dibawah angin lainnya ( negeri kosong pemimpin ). Kerajaan itu bernama ber-awalan huruf, "Alif" (Indonesia) dan ber-akhiran dengan huruf "Jim"(Jawa).
    6. Kerajaan itu akan berdiri sampai kuat, akan tetapi negeri haru-hara, banyak pertumpahan darah, rakyat banyak mudharat, kehidupan susah, perdagangan mahal, pakaian dan makanan mahal. Yang pandai tutup mulut, orang-orang besar banyak yang dusta. Semua rakyat berpaling muka pada pembesar itu. Perampasan terjadi di ditiap-tiap simpang, dengan tidak bersenjata dan banyak orang pada masa itu sangat suka pada kuning dan merah dengan menanti yang tidak mengaku "Allah" dan bermusuhan dengan agama yang ada diatas bumi ini.
    7. Bahwa pada waktu itu ummat Islam banyak tersesat, karena kurang ilmu, kurang amal, lemah iman, banyak dosa, ketika itu banyak ummat Islam meninggalkan "Mazhab" yang empat dan membuat "Mazhab" kelima dan itulah tanda huru-hara, kutok dan bala.
    8. Manusia pada waktu itu banyak membuang adat istiadat sendiri dan mengambil adat istiadat orang lain. Pada masa itulah manusia telah banyak meninggalkan Syariat Nabi Muhammad SAW dan mengkafirkan i'tikad Ahlussunnah Waljama-ah dan pada waktu itulah orang negeri banyak meungikut huruf "enam" dan ada juga yang suka pada huruf Fa (Fasek) - Qaf (Qufur) - Jim ( Jahil) atau Qaf ( Qufur ) - Mim ( Murtad ) - Jim (Jahil) - Nun (Nakal) dan Sin (sesat). Mereka tidak mengaku adanya Tuhan Rabbul A'lamin.
    9. Bahwa nanti akan datang pada satu masa rakyat bangkit dengan amarahnya seperti api ¬yang menyala-nyala. Bermaksud membela negeri dan hendak melepaskan diri dari kuning dan merah dan barang sekaliannya. Akan tetapi kelakuannya bermacam-¬macam ragam dan pada akhirnya, yang memindahkan kuning dan merah itulah yang menang. Nyakni golongan yang tidak suka pada pekerjaan atau perbuatan yang salah. Serta berdiri agama meunurut Ahlussunnah Walajama-ah, yang bermazhab dengan mazhab "empat" . Negeri aman, damai, adil dan makmur seperti dahulu kala, nyakni akan menang orang ber-iman.
    10. Pada tahun 1440 H. Negeri Acheh Akan dikuasai oleh Kerajaan Ajam (Rakyat) yang dipimpin oleh pemimpin yang timbul dari rakyat yang berdarah pemimpin ade. Manusia pada waktu itu kuat agamanya, kuat imannya. Bidang ibadah dan pengajian di Dayah-dayah sangat ramai dari orang menuntut ilmu, tapi manusia pada waktu itu banyak yang takut, baik orang biasa, tgk-tgk, tgk-tgk dayah, orang mengaji dan tgk-tgk di kampung-kampung sangat takut kepada penyakit yang tidak dapat dikesan, diperiksa dengan alat medis. Penyakit itu dianya, tenun atau sihir, karena banyak manusia kala itu juga menuntut dan mengamalkan ilmu-ilmu sihir atau ilmu hitam.Kala itu, masa datangnya pemimpin ade yang menjalankan adat dan hukom. sampai negeri aman, damai, adil dan makmur, sejahtera seperti dahulu kala. (akan berdiri kembali Kesulthanan Acheh Serambi Makkah Wal aman).
    Wassallam. Wahusnul Khatimah Ala Mantabial Huda. Wallahu Aklam Bissawab. 
    Kitab Mandiyatul Badiah. Syech Abdul Raul Syiah Kuala.
    Geupeutubiet/Geusu-son le Tgk. Syamsuddin Yahya (Lhoknga Bireun)
    Sumber :seurayung.blogspot.com

    Sunday, 9 March 2014

    Sejarah

    Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
    Orang-orang Aceh pertama diperkirakan masuk dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochim China dan Kamboja. Keturunan Eropa yang beragama Islam merupakan keturunan Portugis dapat dijumpai di Aceh Jaya. Suku Alas di Aceh Tenggara. Suku Tamiang di Aceh Tamiang. Suku Gayo di Aceh Tengah, sebagian di Aceh Timur, Bener Meriah dan Gayo Lues. Suku Aneuk Jamee di Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya serta Kluet di Aceh Selatan dan orang Simeulue di Pulau Simeulu.

    Tentang Aceh

    Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang masyarakatnya bersifat multietnis bercirikan Islam. Di daerah ini terdapat 8 sub etnis yaitu Aceh, Alas, Aneuk jame, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Kedelapan sub etnis tersebut mempunyai sejarah asal usul dan budaya yang sangat berbeda antar satu sub etnis dengan sub etnis lainnya sehingga memperkaya keragaman budaya di Aceh. Penduduk Aceh sering disebutkan merupakan keturunan berbagai kaum dan bangsa. Seperti halnya kata ACEH sering diidentikkan dengan kepanjangan dari Arab, China, Eropa, Hindia dimana memang secara fisik menunjukkan ciri-ciri orang Arab, India, Eropa dan Cina.
    Aceh merupakan daerah istimewa di Indonesia yang terletak paling ujung utara Pulau Sumatra. Nama lengkap Aceh adalah Nanggroe Aceh Darussalam. Provinsi ini memiliki Luas wilayah 57.365,57 km2 (2,88% luas Indonesia) di posisi 2° – 6° Lintang Utara dan 95° – 98° Bujur Timur dengan puncak tertinggi pada 4.446 m diatas permukaan laut. Perbatasan sebelah Utara dengan Laut Andaman, sebelah Timur dengan Selat Melaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatra Utara, sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Melingkupi: 119 Pulau, 35 gunung, 73 sungai, 21 kabupaten, 228 kecamatan, 111 kelurahan dan 5947 desa.
    Aceh memiliki sumber daya alam yang penting yakni minyak dan gas. Diperkirakan cadangan gas di Aceh merupakan terbesar di dunia. Bagi kebanyakan orang Indonesia, Aceh dianggap sebagai wilayah konservatif agama Islam.